Kamis, 13 Maret 2014

TIADA BATAS UNTUK BERBAGI ( Gerakan Mari Berbagi 2014 )



CErita Perjalanan YA YLF Gerakan Mari Berbagi  2014 ( Part 2 ) 
TIADA BATAS UNTUK BERBAGI


Tanah airKu tidak Kulupakan
Kan Terkenang Selama Hidup ku
Biarpun saya Pergi jauh
Tidak kan hilang dari Kalbu
Tanah Ku yang Kucintai
Engkau Ku hargai

Tanpa sengaja, Lagu yang diputar disebuah stasiun Televisi  swasta malam  ini membuat ku tak Bisa Tidur. Iya benar sekali, rasa-rasanya ketika ku mendengar lagu Ciptaan Ibu Sud  itu aku kembali diingatkan perjalanan kami dalam kegiatan YA YLF GMB 2014. Pantas saja, tak mudah bagi ku melupakan memori itu apalagi mendengar kembali lagu  itu. rasanya ingin meneteskan air mata. Mengulang moment itu, mengulang saat-saat itu, Bertemu Kalian .Karena bagi ku semuanya sangat sangat mengesankan. Dengan menulis Cerita ini aku berharap, kenangan YA YLF GMB 2014 akan Abadi.

Pagi Itu, tanggal 02 Februari 2014  sekitar pukul 06.00 WIB di Tugu Yogyakarta empat pemuda, masing – masing dua laki – laki dan dua perempuan  sudah berdiri  di dekat  lampu merah tugu. dari raut mukanya sepertinya mereka bukan penduduk Yogyakarta. Dilihat sepintas dari gaya bicaranya mereka berasal dari berbagai daerah. Sepertinya Logat bahasa mereka ada yang dari  Kalimantan, Aceh, Jawa Barat dan Lampung. Tak perlu diterka –terka karena memang sepertinya  sudah benar mereka bukan  penduduk asli Yogyakarta. Di Kokarde mereka ada identitas mereka masing – masing adalah Suprayitno dari Kalimantan Tengah, Aris Munandar Sofyan Dari lampung, Fadliana dari Aceh dan Arumdari dari Jawa Barat. Selain kokarde ada tanda pengenal lain yang  dipakai oleh keempat orang pemuda saat itu. Sebuah PIN berukuran sekitar 4 cm bertulisan GERAKAN MARI BERBAGI. pengenal itu sepertinya digunakan untuk menarik perhatian orang  yang berhenti di Lampu Merah saat itu.
 
Matahari mulai menampakkan wajah manisnya pagi itu menyambut hari ini. Pertanda hari ini cerah, dan semoga tak hujan seperti tadi Malam ucap Arumdari, Gadis berjilbab asal Jawa Barat pagi itu. Keempat Pemuda itu kemudian segera bergegas berbagi Tugas. 2 Orang masing – masing  Aris Munandar dan Fadliana keliling menjual Baju anak – anak diseputaran pertokoan  Tugu Yogyakarta. Dua lainnya, Suprayitno dan Arumdari bertugas mengamen kembali seperti sore kemarin. Lagu Ciptaan Ibu Sud, Tanah Airku menjadi lagu wajib yang dinyanyikan sepanjang  mengamen saat itu. Berbekal alat musik botol Aqua dimasukin kerikil, dengan pakaian clana training dan muka –muka lusuh yang memang belum mandi pagi itu, aku bilang ke Arum,”sudah sangat mirip sekali kita  seperti  pengamen-pengamen jalanan yang profesional kita ini ya Rum. Dia Pun Menjawab “ Itu sih Elo Bukan Gue”,Dengan logat Khas Jakarta yang dilucu-lucuin membuat aku ketawa ngikik. Kami pun beraksi seperti kemarin Sore, Menyanyi dan Mengamen lagi.heeee. Tapi, Entah karena  suaranya yang Kurang bagus ataukan memang raut muka kami  kurang memelas mendalami karakter kami sebagai pengemis  atau karena pagi itu banyak yang berangkat ke kantor dan sekolah  sehingga terburu-buru, kegiatan mengamen pagi itu tidak seberuntung sore kemarin. Kalau sore kemarin banyak yang memberi uang agak besar, kalo pagi itu banyak yang kurang respon dan banyak yang memberi Uang Receh..Tapi Kami  tetap Keep Smile, bagi Kami receh – receh itu kalau dkumpulkan akan banyak juga. Ibarat pepatah sedikit demi sedikit, Lama- lama menjadi Bukit..Receh demi Receh kalau dikumpulkan akan menjadi Tidak receh lagi,heeeee...

Bermodalkan Botol Aqua Kami Menghibur Anda, Jangan Lupa recehnya..heee
Sekitar satu Jam Mengamen, kondisi lampu merah sudah agak sepi. saat itu juga melintas sebuah Mobil bak terbuka bertuliskan Satpol PP melintas di Tugu pagi Itu. Didalamanya ada beberapa Anggota Satpol PP yang sepertinya agak sangar – sangar kalo di perhatikan. Melihat Mobil Satpol PP itu aku nyeletuk ke Arum. “Jangan – Jangan Mereka Mau Garuk kita lagi Rum” sambil ku candain  Si Arumnya. Si Arum  menjawab sambil Senyum, “Enggak ah palingan mereka mau Ngantor aja Guys”. Tanpa mau berpikir panjang lagi, kami melanjutkan aksi mengamen kami lagi. Mencari receh demi receh untuk aksi sosial di Banyumas nantinya. 15 Menit kemudian dua  berpakaian lengkap warna Coklat, bersepatu boot hitam dengan ciri khasnya membawa  pentungan memanggil kami berdua. Si Arum hanya diam saat itu. Akupun sebenarnya juga deg-degan dipanggil  Orang Itu, Yang ternyata adalah Satpol PP. Tapi sebagai seorang lelaki dewasa dan menganggap aku adalah Super Hero , tak mungkin ku biarkan Arum yang mendatangi 2 Satpol PP itu. Berusaha tetap tenang akhirnya ku datangi 2 Satpol PP  di pertengahan lampu merah itu. Disaksikan para pengendara yang berhenti aku diintrogasi 2 Satpol PP itu sekitar 10 Menitan di bahu jalan pertengahan lampu merah pemisah antara kanan dan Kiri Jalan. Ujung –ujungnya mereka beneran mau membawa aku sama arum ke Pos Satpol PP Kota Jogyakarta. Karena tidak mau berlarut –larut masalahnya, dan juga takut kami digaruk beneran aku menjelaskan kegiatan tentang GMB dan tujuan  kami mengamen di lampu merah ini. Ternyata Satpoll PP yang awalnya mukanya Sangar mulai melunak.Mereka tidak jadi mengangkut kami, hanya saja alat musik  Botol Aqua kami mereka  sita. Buat alat Bukti kata mereka. Aneh – aneh Juga pikirku mereka SATPOL PP ini. Tapi karena diminta, dengan Ikhlas Akhirnya kuberikan alat musik botol Aqua ku ini. Baru kutahu, di Jogyakarta kegiatan Mengamen ternyata tidak diperbolehkan, bahkan bisa didenda dan diancam kurungan kata Mereka. Setelah Alat musik Ku serahkan, SATPOL PP tersebut ternyata tetap memperbolehkan kami Meminta-minta di lampu merah, tapi dengan catatan tidak mengamen. Dan disarankan memakai Kardus bertuliskan tujuan kami meminta dana itu untuk apa, seperti kegiatan penggalangan Dana begitu kata mereka.”Siappp Ku bilang ke kedua Satpol PP itu”. Ketika mereka meninggalkan kami menuju Mobil Mereka , kulihat diujung jalan Puluhan Satpol PP ditambah 1 Mobil lagi sedang memperhatikan kami. Dalam hatiku, Kemungkinan memang pada awalnya sepertinya mereka beneran berniat mengangkut kami karena melihat kami Mengamen. Hal ini kusimpulkan karenn ketika Mobil Satpol yang mendatangi kami pergi, satu Mobil diseberang jalan tadi Juga pergi. Untung kami nggak  jadi di Angkut paksa sama Mereka. Coba kalo diangkut terus besoknya muncul di Koran paling Depan bertuliskan” Dua Anak Muda GMB diangkut Satpol PP karena Ngamen Tanpa Ijin” Pasti Bakalan bikin Heboh keluarga besar GMB, Wkwkwkwkwkkwkwwk. Dari Kejadian ini akhirnya aku bisa mengambil hikmah, bahwa SATPOL PP yang dimedia biasanya diberitakan  sering galak dan menindas  tak sebenarnya begitu, mereka masih punya sisi baik. Contohnya ketika kami nurut kami tidak jadi diangkut Paksa ke Pos Mereka. hehehehehehee
 
Daripada ntar ditangkap Satpol PP, Ngamennya pake kardus aja ya Bunda Fadliana ^_^


Numpang Makan di emperen warung Orang,Belinya ditempat  lain padahal ..^_^


O iya, belum kuceritakan kemarin sebelum mengamen  hari kedua sebenarnya ada hal lain dari perjalanan YA YLF  GMB 2014  ini yang perlu kuceritakan di tulisan ini. Tentang seseorang sangat  berjasa memberikan kami banyak Ilmu dan Hikmah tentang kehidupan yang kami rasa sangat – sangat luar biasa dan Extra Wow . Orang luar biasa Itu adalah Pak Siswanto. Si Aris  biasanya memanggilnya Mbah. Karena itu, kami ikut-ikutan memanggilnya Mbah juga. Pertemuan kami dengan Mbah Sis sebenarnya alurnya agak panjang, mulai kami yang bingung mencari penginapan  malam itu,nyasar Ke SATPOL PP Propinsi DIY buat Istirahat. Oyaa, ku Jelaskan , kalo Satpol PP yang yang mau ngangkut Kami itu SATPOL PP Kota, kalau yang kami datangi Satpol PP Provinsi DIY, dan  sampai pada akhirmya tanpa sengaja kami mennginap di Masjid Sultoni, di Kepatihan Kantor gubernur DIY. Mbah Sis ini adalah penjaga masjid yang tanpa sengaja kami bisa bertemu dan membuka hati kami. Beliau banyak memberikan kami wejangan bahwa orang hidup itu harus siap senang, siap susah. Siap bersama keluarga siap juga berpisah dengan keluarga. Dari ceritanya, dalam hatiku belum tentu ku bisa setegar mbah sis ini. Dengan usia beliau  yang tak muda lagi, sekitar 70 Tahunan saat ini beliau harus pergi dari rumah karena konflik dengan keluarga. Berapa puluh tahun lalu beliau ditinggal istrinya karena kehidupannya mbah Sis yang miskin dan berkekurangan. Dulu Istrinya kabur dari rumah kejakarta dan juga memiliki suami lagi di Jakarta tanpa sepengetahuan Mbah Sis. Beliau  sebenarnya dengan Istrinya itu ( Status saat ini belum Resmi cerai secara hukum ) memiliki beberapa anak dari pernikahan dengan istrinya, Tapi beliau memilih tak ikut anak – anaknya karena prinsip beliau, selama masih bisa mencari nafkah beliau tak ingin menumpang pada anak-anaknya. Saat ini, Beliau memilih tidak tinggal dirumahnya  dan memilih hidup sendiri. Tujuannya Mbah Sis tidak mau tinggal dirumahnya adalah karena tidak ingin trauma. Tidak ingin mengingat kembali saat Mbah Sis sering dicaci Istrinya,bahkan dulu  sering  mengalami KDRT dari istrinya. Banyak Luka yang kulihat ada ditubuh mbah Sis, salah satunya adalah karena KDRT dan perlakuan tidak semena-mena anak istrinya Mbah Sis dengan suami barunya. Karena itulah saat ini  mbah Sis memilih pergi dari rumah dan memilih tinggal di Masjid kantor Gubernur DIY. Hidup nya Mbah  ku pikir memang sangat memprihatinkan. Bayangkan saja, setiap malam dia hanya tidur beralaskan tikar dilantai teras depan masjid Sultoni, Aku bersama ketiga temanku merasakan 1 hari tidur dilantai masjid  sudah seperti masuk angin malam itu. Tapi mbah Sis, meskipun dengan usianya yang sudah tak muda lagi,dia tetap tidak memperdulikan itu. Belum lagi terkadang beliau untuk makan kadang mengharapakan bantuan orang yang berkelebihan rejeki untuk memberinya.  

Setiap Pagi Mbah Sis bekerja sebagai Tukang Becak di daerah Malioboro. Setiap hari penghasilannya tidak pasti. Kadang ada Penumpang, kadang sering tidak ada juga karena di Malioboro sendiri Tukan becak sudah seperti semut apalagi usia Mbah yang tak muda lagi juga mempengaruhi niat penumpang untuk menumpang becak beliau. Satu kalimat beliau yang masih ku ingat sampai saat ini. Rejeki sudah ada yang mengatur, Yang penting Jangan Tinggalkan Sholat kata beliau.Kalau kita mati bukan harta yang menolong tapi ibadah yang menolong kita. SubhanaAllah, begitu tabahnya mbah Sis ini menjalani hidup. Serasa sangat rendah aku dihadapana beliau, aku yang masih sehat ini, masih muda ini malah masih sering bolong sholatku. Beda dengan Mbah Sis yang dengan Kekuranganya masih tetap selalu bersyukur dan rajin sholatnya. Selain Mbah Sis ini sangat sabar, beliau juga Lucu dan murah senyum . Aris pernah  kena usilannya mbah Sis karena sholat Subuh tak bangun-bangun dilemparkan pakai Tasbih besar.”Mbah ini Usil juga ya ternyata kubilang begitu “ beliau hanya ngikik aja dengan tawa khas nya. Sebelum Berpisah pagi itu pun, Mbah Sis memberikan Kami uang 20 Ribu untuk beli sarapan pagi katanya . Bisa dibayangkan, sebenarnya kami tak tega menerima  melihat keadaan beliau seperti itu, tapi karena beliau bilang tak boleh nolak rejeki ya sudah akhirnya kami terima. Belum lagi, Fadliana temen kami dari Aceh, mendapatkan Tasbih Besar dari Mbah Sis. Tasbih berukuran jumbo yang sangat besar  itu sudah hampir 10 Tahun dibawa mbah Sis dari Perguruan Tenaga dalamnya dulu dengan sukarela diberikan ke Fadliana. Pesan beliau saat itu, Tasbih itu harus dijaga sebaik mungkin, dan katanya memiliki kemampuan bisa melindungi Fadliana kalau misalnya ada apa-apa. Wallahu Alam, tapi yang  jelas, Pertemuan dengan Mbah Sis menutup Manis Kegiatan hari terakhir Youth Adventure Kami di Yogyakarta. Begitulah Hidup, Tidak ada Batas Untuk berbagi, Tak Harus menunggu jadi Orang Kaya dulu baru memberi batinku. Dan Itulah yang dilakukan Mbah Sis kepada kami berempat. Banyak pelajaran  yang ku ambil dari beliau dan pesan – pesan yang beliau berikan. Tentang Kesederhanaan, Kesabaran, Rasa Syukur, Sebuah keterbatasan yang tak menghalangi untuk  Berbagi dan yang pasti Rasa cinta Antar Sesama yang begitu tinggi. Kami meninggalkan kota Yogyakarta ya mbah Sis,, sampai ketemu  lagi dilain waktu.doa kami, Semoga kelak, Kita bisa berjumpa kembali untuk saat- saat yang lebih Indah, Terima Kasih untuk kebaikan dan  pesan – pesannya yang luar biasa bagi kami Anak Muda ini. Semoga kami menjadi anak – anak muda yang pandai bersyukur dan tak lupa untuk selalu berbagi  @_@..Menulis Tulisan ini, Aku pun jadi rindu ingin bertemu mbah Sis lagi...

Bersama Orang Hebat Mbah Sis,sebelum meninhggalkan Yogya menuju Banyumas
Cerita pun berlanjut, Kegiatan selanjutnya kami adalah menuju Banyumas untuk kegiatan mendarmakan hasil kami Mengamen. Hujan yang cukup deras melepas kepergian kami dari Yogyakarta menuju Banyumas. Bus kelas Ekonomi yang sudah tua ini tak sepenuhnya kuat membentengi agar hujan tak masuk ke dalam bus. Kami yang duduk di posisi belakang akhirnya maju ke depan karena air masuk kedalam bus membasahi kami. Tapi lumayan, Hujan ada dampak positifnya juga. Kami jadi merasa tidak kepanasan di bus yang mulai sesak oleh penumpang ini. di Bus ini juga, ada hal unik lainnya, Aroma keringat, Minyak wangi, Minyak kayu putih  bahkan bau makanan yang dibawa penumpang campur   aduk jadi satu di Bus ini. bau yang menjadi ciri khas sepanjang perjalanan kami ini berusaha tetap dinikmti. Itung – itung belum tentu tentu moment seperti ini bisa terulang kembali.heeee....karena bau khas ini juga si Arum bisa  ketiduran di Bus,semacam dibius selama perjalanan.@))((@


Pukul 17.00 WIB kami tiba di Banyumas, tepanya di Kecamatan Sokaraja Kidul, atau lebih akrab Kampung Kelenteng Karena ruko-ruko disana banyak dimiliki orang Cina. Sokaraja Kidul adalah Kecamatan sekaligus Desa di pengujung kabupaten Banyumas. Tanpa ada kesengajaan juga kami turun disini karena memang kami hanya minta sama kondektur bus diturunkan di Kabupaten Banyumas paling ujung. Kami berpikir, kami salah memilih tempat karena sepanjang jalan kami melihat pertokoan besar. Kami pun masuk disebuah gang yang sangat kecil dan gelap diampit kanan kiri Toko yang besar,  hanya bisa dilalui satu motor  satu arah saja ,jadi sudah bisa dipastikan sekecil apa gang kami masukin. Sekitar 150 meter dari Komplek pertokoan barulah kami tahu kondisi dalamnya yang sebenarnya. Banyak perumahan masyarakat sudah seperti di komplek perkampungan jakarta saja. Rumahnya ukuran mini dan masih banyak berdinding kayu dan saling menempel satu sama lain Disana tanpa sengaja ada seorang remaja yang sendirian sedang asyik nonton TV, tanpa ba bi bu lagi kami ijin masuk dan mengutarakan maksud kedatangan kami mencari rumah pengurus  RT ditempat itu. Tetapi ternyata pak RT tidak ada dirumah karena jika siang beliau bekerja, Kami pun akhirnya ngobrol panjang lebar dengan  si pemilik rumah. Nama pemuda itu ternyata syafiq. Dilihat sepintas mukanya seperti keturunan arab dan badannya menjulang tinggi kurus sekitar 175 Cm. Karena kelelahan dan rasa lapar yang menggelayuti kami,  akhirnya kamipun meminta ijin istirahat dengan syafiq yang ternyata sedang sendiri dirumah. Ku lihat Arum dan Fadliana paling senang diantara kami berempat karena kami bisa istirahat  disitu.berkali-kali mereka bilang Syafiq cakep. Biasalah perempuan kalo liat sesuatu agak bening matanya hijau bilang ku ke mereka.heeeeeeee

Selang 30 menitan Ibunya Syafiq datang, Kami mulai memperkenalkan diri satu – persatu kepada beliau. Nama beliau adalah Ibu Subingah. Ibu Subingah ternyata menyambut kami dengan senang, bukan menyambut sih sebenarnya, bisa dikatakan kedatangan tamu tak diudang lah istilahnya karena kami duluan datang dirumah pas ibuknya belum datang. Sekitar 5 Menitan ngobrol – ngobrol Ibu Subingah langung bertanya. “Kalian sudah pada makan belum”???dengan khas logat Ngapak-ngapaknya. Kami kompak jawab” “Belum buk”,,sambil cengengesan malu-malu kami menjawabnya. Spontan Ibu Subingah menurunkan  banyak Kue-kue Kering dari meja etalase.Maklum, Posisi kami saat itu selonjoran dilantai. Mungkin sudah ada feeling kali ya,diliat raut muka –muka kami yang kelaparan dan memelas  ini sehingga Ibu Subingah langsung memberi kami kue dan minum tanpa kami memohon-mohon terlebih dahulu  bahkan membelikan kami 4 Nasi bungkus di warung dekat rumah.



Bersama Ibuk Subingah,,Ibuk Baru Kami...Semoga Sehat Selalu  ^_^

Syafiq dan Ibu Subingah ternyata sangat ramah dengan kami berempat, kami bercerita banyak hal layaknya sudah saling kenal sebelumnya. Padahal baru sekali tanpa sengaja itu kami bertemu. Dari cerita-cerita ternyata kami baru tahu bahwa keluarga Syafiq sebenarnya sedang berduka. Belum genap 30 hari yang lalu Ayah Syafiq meninggal dunia karena sakit. Ibuk Subingah banyak bercerita sore itu dan merasa senang didatangi kami berempat karena rumah jadi rame bilangnya. Bahkan ketika ku bilang, mamahnya Syafiq mamah baru kami juga  malah beliau keliahatan sangat senang sekali. Obrolan pun berlanjut sampai pada akhirnya kami tanya-tanya seputaran kampung ini, termasuk siapa-siapa pengurus RT disini.Oya, nama Kampung yang kami datangi adalah kelurahan Sokaraja Kidul RT 01, RW 03. Berkat informasi  Syafiq dan juga Ibuk Subingah juga, malam itu kami dihubungkan dengan pengurus RT. Aris dan Arum  bertanggung jawab mengumpulkan masyarakat kurang mampu bersama pengurus RT, sedangkan Aku dengan Fadlian bertugas belanja sembako dan Alat- alat sekolah untuk adek – adek disitu. Dengan Waktu yang sangat mepet, Ba”da Isya diagendakan kami bertemu masyarakat. Karena itu aku dan Fadliana sesegera mungkin belanja. Ternyata toko yang jualan sembako disitu tidak ada. Yang ada adalah Supermarket, itupun ternyata lumayan jauh sekitar 500 Meter dari rumah Syafiq. Aku dan Fadliana menyusuri jalan yang lumayan sepi dan sampailah disupermarket itu.barang belanjaan saat itu ternyata banyak sekali dan berat seperti Beras, Gula, dll, padahal kami hanya berdua, tapi dengan semangat yang luar biasa,disepanjang jalan aku salut dengan perjuangan Fadliana, hampir 50 Kg  kami bagi berdua tenteng  Sembako itu ditangan kanan dan kiri masing-masing  dengan tekad yang kuat dan membuktikan kewonder womanannya Fadliana, Fadliana bisa membawa barang-barang sampai rumah syafiq. Dalam hatiku, ini perempuan mantan atlet angkat berat kali ya??? Heeeee :P

Malampun tiba, akhirnya sembako dan kebutuhan lainnya pun kami bagi-bagi kan ke masyarakat. Kepada lansia, Janda, Anak – anak usia sek kolah  dan masyarakat miskin lainnya ditempat tersebut. Selain membagikan sembako kami juga banyak sharing dan Sosialisasi tentang  kesehatan, pendidikan dan juga memberikan motivasi-motivasi dengan masyarakat ditempat ini..Trenyuh aku sebenarnya dengan masyarakat di daerah itu. Bantuan kami yang tak seberapa ini ternyata bagi mereka sangat berharga. Berkali – kali mereka mengucap terima kasih ke kami. Kata mereka sangat jarang ada orang yang mendatangi kampung mereka untuk memberi bantuan. Pengurus RT bahkan meminta kami berlama-lama untuk tinggal dikampung itu. Tapi apalah daya,waktu kami tak lama karena harus memenuhi tanggung jawab kami di Jakarta.  sedih sebenarnya bertemu mereka yang hanya sebentar ini. ingin kami  berlama-lama bersama mereka. Berbuat lebih banyak untuk kampung mereka.Untuk menghibur mereka ketika kami pamitan , akupun berucap “nanti ya Bapak dan Ibuk , doakan kami jadi tetap sehat dan memiliki banyak Rejeki,  Insya Allah kami datang ke kampung ini dan kita bisa membantu lebih banyak lagi ku bilang”. Semuanya mengamini dan melepas perpisahan ini dengan sangat mengharukan. Suatu saat, ketika Aku sudah jadi orang yang benar-benar mapan aku punya janji untuk bisa memberi bantuan lagi ke Kampung Ini. bagi Kami kampung ini kampung kedua kami yang telah membuka mata hati kami. Bahwa masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan kepedulian kita. Kepekaaan kita untuk Berbagi dan keikhlasan untuk memberi. Sampai sekarang komunikasi ku dengan Keluarga Syafiq pun masih lancar. Lewat dunia maya kami sering ngobrol. Terima Kasih Syafiq dan Ibuk Subingah  sebagai  mamah dan keluarga  baru kami. Aku akan selalu  ingat kebaikan keluarga ini memperlakukan kami, aku akan selalu  ingat janji ku untuk  membantu kampung ini lebih banyak lagi suatu saat nanti bagaimanapun caranya. Terima kasih masyarakat Sokaraja Kidul. Saatnya kami pamit dan menuju jakarta. Semoga kalian semua sehat, Smoga Kalian semua bisa hidup lebih baik Lagi...Kami Sayang Kalian, Kami akan merindukan Kampung ini...Dan Bus Pun Melaju dengan kencangnya seolah –olah tak ingin kami terlalu lama bersedih disini karena berpisah dengan mereka. Bus mengantarkan kami ke Jakarta tepatnya di PPPON Wisma Kemenpora RI dalam Kegiatan lanjutan YA YLF GMB 2014.

 
Bersama Syafiq dan Pengurus RT di Kelurahan Sokaraja Kidul, RT 01 RW 03


Bersama Salah Satu Lansia,





Kebahagiaan Mereka, Senyum Mereka adalah Berkah Bagi Kami






Tidak ada komentar:

Posting Komentar