CErita Perjalanan YA YLF Gerakan Mari Berbagi 2014 ( Part 2 )
TIADA BATAS UNTUK
BERBAGI
Tanah
airKu tidak Kulupakan
Kan
Terkenang Selama Hidup ku
Biarpun
saya Pergi jauh
Tidak
kan hilang dari Kalbu
Tanah
Ku yang Kucintai
Engkau
Ku hargai
Tanpa
sengaja, Lagu yang diputar disebuah stasiun Televisi swasta malam ini membuat ku tak Bisa Tidur. Iya benar
sekali, rasa-rasanya ketika ku mendengar lagu Ciptaan Ibu Sud itu aku
kembali diingatkan perjalanan kami dalam kegiatan YA YLF GMB 2014. Pantas saja,
tak mudah bagi ku melupakan memori itu apalagi mendengar kembali lagu itu. rasanya ingin meneteskan air mata.
Mengulang moment itu, mengulang saat-saat itu, Bertemu Kalian .Karena bagi ku
semuanya sangat sangat mengesankan. Dengan menulis Cerita ini aku berharap,
kenangan YA YLF GMB 2014 akan Abadi.
Pagi
Itu, tanggal 02 Februari 2014 sekitar
pukul 06.00 WIB di Tugu Yogyakarta empat pemuda, masing – masing dua laki –
laki dan dua perempuan sudah berdiri di dekat lampu merah tugu. dari raut mukanya sepertinya
mereka bukan penduduk Yogyakarta. Dilihat sepintas dari gaya bicaranya mereka
berasal dari berbagai daerah. Sepertinya Logat bahasa mereka ada yang dari Kalimantan, Aceh, Jawa Barat dan Lampung. Tak
perlu diterka –terka karena memang sepertinya
sudah benar mereka bukan penduduk
asli Yogyakarta. Di Kokarde mereka ada identitas mereka masing – masing adalah
Suprayitno dari Kalimantan Tengah, Aris Munandar Sofyan Dari lampung, Fadliana
dari Aceh dan Arumdari dari Jawa Barat. Selain kokarde ada tanda pengenal lain
yang dipakai oleh keempat orang pemuda
saat itu. Sebuah PIN berukuran sekitar 4 cm bertulisan GERAKAN MARI BERBAGI.
pengenal itu sepertinya digunakan untuk menarik perhatian orang yang berhenti di Lampu Merah saat itu.
Matahari
mulai menampakkan wajah manisnya pagi itu menyambut hari ini. Pertanda hari ini
cerah, dan semoga tak hujan seperti tadi Malam ucap Arumdari, Gadis berjilbab asal
Jawa Barat pagi itu. Keempat Pemuda itu kemudian segera bergegas berbagi Tugas.
2 Orang masing – masing Aris Munandar
dan Fadliana keliling menjual Baju anak – anak diseputaran pertokoan Tugu Yogyakarta. Dua lainnya, Suprayitno dan
Arumdari bertugas mengamen kembali seperti sore kemarin. Lagu Ciptaan Ibu Sud, Tanah Airku menjadi lagu wajib yang
dinyanyikan sepanjang mengamen saat itu.
Berbekal alat musik botol Aqua dimasukin kerikil, dengan pakaian clana training
dan muka –muka lusuh yang memang belum mandi pagi itu, aku bilang ke Arum,”sudah sangat mirip sekali kita seperti
pengamen-pengamen jalanan yang profesional kita ini ya Rum. Dia Pun
Menjawab “ Itu sih Elo Bukan Gue”,Dengan
logat Khas Jakarta yang dilucu-lucuin membuat aku ketawa ngikik. Kami pun
beraksi seperti kemarin Sore, Menyanyi dan Mengamen lagi.heeee. Tapi, Entah
karena suaranya yang Kurang bagus
ataukan memang raut muka kami kurang memelas
mendalami karakter kami sebagai pengemis
atau karena pagi itu banyak yang berangkat ke kantor dan sekolah sehingga terburu-buru, kegiatan mengamen pagi
itu tidak seberuntung sore kemarin. Kalau sore kemarin banyak yang memberi uang
agak besar, kalo pagi itu banyak yang kurang respon dan banyak yang memberi
Uang Receh..Tapi Kami tetap Keep Smile,
bagi Kami receh – receh itu kalau dkumpulkan akan banyak juga. Ibarat pepatah
sedikit demi sedikit, Lama- lama menjadi Bukit..Receh demi Receh kalau
dikumpulkan akan menjadi Tidak receh lagi,heeeee...
Bermodalkan Botol Aqua Kami Menghibur Anda, Jangan Lupa recehnya..heee |
Sekitar
satu Jam Mengamen, kondisi lampu merah sudah agak sepi. saat itu juga melintas
sebuah Mobil bak terbuka bertuliskan Satpol PP melintas di Tugu pagi Itu.
Didalamanya ada beberapa Anggota Satpol PP yang sepertinya agak sangar – sangar
kalo di perhatikan. Melihat Mobil Satpol PP itu aku nyeletuk ke Arum. “Jangan – Jangan Mereka Mau Garuk kita lagi
Rum” sambil ku candain Si Arumnya.
Si Arum menjawab sambil Senyum, “Enggak ah palingan mereka mau Ngantor aja
Guys”. Tanpa mau berpikir panjang lagi, kami melanjutkan aksi mengamen kami
lagi. Mencari receh demi receh untuk aksi sosial di Banyumas nantinya. 15 Menit
kemudian dua berpakaian lengkap warna
Coklat, bersepatu boot hitam dengan ciri khasnya membawa pentungan memanggil kami berdua. Si Arum
hanya diam saat itu. Akupun sebenarnya juga deg-degan dipanggil Orang Itu, Yang ternyata adalah Satpol PP.
Tapi sebagai seorang lelaki dewasa dan menganggap aku adalah Super Hero , tak
mungkin ku biarkan Arum yang mendatangi 2 Satpol PP itu. Berusaha tetap tenang
akhirnya ku datangi 2 Satpol PP di
pertengahan lampu merah itu. Disaksikan para pengendara yang berhenti aku
diintrogasi 2 Satpol PP itu sekitar 10 Menitan di bahu jalan pertengahan lampu
merah pemisah antara kanan dan Kiri Jalan. Ujung –ujungnya mereka beneran mau
membawa aku sama arum ke Pos Satpol PP Kota Jogyakarta. Karena tidak mau
berlarut –larut masalahnya, dan juga takut kami digaruk beneran aku menjelaskan
kegiatan tentang GMB dan tujuan kami
mengamen di lampu merah ini. Ternyata Satpoll PP yang awalnya mukanya Sangar
mulai melunak.Mereka tidak jadi mengangkut kami, hanya saja alat musik Botol Aqua kami mereka sita. Buat alat Bukti kata mereka. Aneh –
aneh Juga pikirku mereka SATPOL PP ini. Tapi karena diminta, dengan Ikhlas Akhirnya
kuberikan alat musik botol Aqua ku ini. Baru kutahu, di Jogyakarta kegiatan
Mengamen ternyata tidak diperbolehkan, bahkan bisa didenda dan diancam kurungan
kata Mereka. Setelah Alat musik Ku serahkan, SATPOL PP tersebut ternyata tetap
memperbolehkan kami Meminta-minta di lampu merah, tapi dengan catatan tidak
mengamen. Dan disarankan memakai Kardus bertuliskan tujuan kami meminta dana
itu untuk apa, seperti kegiatan penggalangan Dana begitu kata mereka.”Siappp Ku bilang ke kedua Satpol PP itu”.
Ketika mereka meninggalkan kami menuju Mobil Mereka , kulihat diujung jalan
Puluhan Satpol PP ditambah 1 Mobil lagi sedang memperhatikan kami. Dalam hatiku,
Kemungkinan memang pada awalnya sepertinya mereka beneran berniat mengangkut kami
karena melihat kami Mengamen. Hal ini kusimpulkan karenn ketika Mobil Satpol
yang mendatangi kami pergi, satu Mobil diseberang jalan tadi Juga pergi. Untung
kami nggak jadi di Angkut paksa sama
Mereka. Coba kalo diangkut terus besoknya muncul di Koran paling Depan
bertuliskan” Dua Anak Muda GMB diangkut
Satpol PP karena Ngamen Tanpa Ijin” Pasti Bakalan bikin Heboh keluarga
besar GMB, Wkwkwkwkwkkwkwwk. Dari Kejadian ini akhirnya aku bisa mengambil
hikmah, bahwa SATPOL PP yang dimedia biasanya diberitakan sering galak dan menindas tak sebenarnya begitu, mereka masih punya
sisi baik. Contohnya ketika kami nurut kami tidak jadi diangkut Paksa ke Pos
Mereka. hehehehehehee
Numpang Makan di emperen warung Orang,Belinya ditempat lain padahal ..^_^ |
O
iya, belum kuceritakan kemarin sebelum mengamen
hari kedua sebenarnya ada hal lain dari perjalanan YA YLF GMB 2014 ini yang perlu kuceritakan di tulisan ini.
Tentang seseorang sangat berjasa
memberikan kami banyak Ilmu dan Hikmah tentang kehidupan yang kami rasa sangat
– sangat luar biasa dan Extra Wow . Orang luar biasa Itu adalah Pak Siswanto.
Si Aris biasanya memanggilnya Mbah.
Karena itu, kami ikut-ikutan memanggilnya Mbah juga. Pertemuan kami dengan Mbah
Sis sebenarnya alurnya agak panjang, mulai kami yang bingung mencari
penginapan malam itu,nyasar Ke SATPOL PP
Propinsi DIY buat Istirahat. Oyaa, ku Jelaskan , kalo Satpol PP yang yang mau
ngangkut Kami itu SATPOL PP Kota, kalau yang kami datangi Satpol PP Provinsi
DIY, dan sampai pada akhirmya tanpa
sengaja kami mennginap di Masjid Sultoni, di Kepatihan Kantor gubernur DIY. Mbah
Sis ini adalah penjaga masjid yang tanpa sengaja kami bisa bertemu dan membuka
hati kami. Beliau banyak memberikan kami wejangan bahwa orang hidup itu harus
siap senang, siap susah. Siap bersama keluarga siap juga berpisah dengan
keluarga. Dari ceritanya, dalam hatiku belum tentu ku bisa setegar mbah sis
ini. Dengan usia beliau yang tak muda
lagi, sekitar 70 Tahunan saat ini beliau harus pergi dari rumah karena konflik
dengan keluarga. Berapa puluh tahun lalu beliau ditinggal istrinya karena kehidupannya
mbah Sis yang miskin dan berkekurangan. Dulu Istrinya kabur dari rumah
kejakarta dan juga memiliki suami lagi di Jakarta tanpa sepengetahuan Mbah Sis.
Beliau sebenarnya dengan Istrinya itu (
Status saat ini belum Resmi cerai secara hukum ) memiliki beberapa anak dari pernikahan
dengan istrinya, Tapi beliau memilih tak ikut anak – anaknya karena prinsip
beliau, selama masih bisa mencari nafkah beliau tak ingin menumpang pada
anak-anaknya. Saat ini, Beliau memilih tidak tinggal dirumahnya dan memilih hidup sendiri. Tujuannya Mbah Sis
tidak mau tinggal dirumahnya adalah karena tidak ingin trauma. Tidak ingin
mengingat kembali saat Mbah Sis sering dicaci Istrinya,bahkan dulu sering mengalami
KDRT dari istrinya. Banyak Luka yang kulihat ada ditubuh mbah Sis, salah
satunya adalah karena KDRT dan perlakuan tidak semena-mena anak istrinya Mbah
Sis dengan suami barunya. Karena itulah saat ini mbah Sis memilih pergi dari rumah dan memilih
tinggal di Masjid kantor Gubernur DIY. Hidup nya Mbah ku pikir memang sangat memprihatinkan.
Bayangkan saja, setiap malam dia hanya tidur beralaskan tikar dilantai teras
depan masjid Sultoni, Aku bersama ketiga temanku merasakan 1 hari tidur
dilantai masjid sudah seperti masuk
angin malam itu. Tapi mbah Sis, meskipun dengan usianya yang sudah tak muda
lagi,dia tetap tidak memperdulikan itu. Belum lagi terkadang beliau untuk makan
kadang mengharapakan bantuan orang yang berkelebihan rejeki untuk memberinya.
Setiap
Pagi Mbah Sis bekerja sebagai Tukang Becak di daerah Malioboro. Setiap hari
penghasilannya tidak pasti. Kadang ada Penumpang, kadang sering tidak ada juga
karena di Malioboro sendiri Tukan becak sudah seperti semut apalagi usia Mbah
yang tak muda lagi juga mempengaruhi niat penumpang untuk menumpang becak
beliau. Satu kalimat beliau yang masih ku ingat sampai saat ini. Rejeki sudah ada yang mengatur, Yang penting
Jangan Tinggalkan Sholat kata beliau.Kalau kita mati bukan harta yang menolong
tapi ibadah yang menolong kita. SubhanaAllah, begitu tabahnya mbah Sis ini
menjalani hidup. Serasa sangat rendah aku dihadapana beliau, aku yang masih
sehat ini, masih muda ini malah masih sering bolong sholatku. Beda dengan Mbah
Sis yang dengan Kekuranganya masih tetap selalu bersyukur dan rajin sholatnya. Selain
Mbah Sis ini sangat sabar, beliau juga Lucu dan murah senyum . Aris pernah kena usilannya mbah Sis karena sholat Subuh
tak bangun-bangun dilemparkan pakai Tasbih besar.”Mbah ini Usil juga ya ternyata kubilang begitu “ beliau hanya
ngikik aja dengan tawa khas nya. Sebelum Berpisah pagi itu pun, Mbah Sis
memberikan Kami uang 20 Ribu untuk beli sarapan pagi katanya . Bisa
dibayangkan, sebenarnya kami tak tega menerima
melihat keadaan beliau seperti itu, tapi karena beliau bilang tak boleh
nolak rejeki ya sudah akhirnya kami terima. Belum lagi, Fadliana temen kami
dari Aceh, mendapatkan Tasbih Besar dari Mbah Sis. Tasbih berukuran jumbo yang
sangat besar itu sudah hampir 10 Tahun
dibawa mbah Sis dari Perguruan Tenaga dalamnya dulu dengan sukarela diberikan
ke Fadliana. Pesan beliau saat itu, Tasbih itu harus dijaga sebaik mungkin, dan
katanya memiliki kemampuan bisa melindungi Fadliana kalau misalnya ada apa-apa.
Wallahu Alam, tapi yang jelas, Pertemuan
dengan Mbah Sis menutup Manis Kegiatan hari terakhir Youth Adventure Kami di
Yogyakarta. Begitulah Hidup, Tidak ada Batas Untuk berbagi, Tak Harus menunggu
jadi Orang Kaya dulu baru memberi batinku. Dan Itulah yang dilakukan Mbah Sis
kepada kami berempat. Banyak pelajaran
yang ku ambil dari beliau dan pesan – pesan yang beliau berikan. Tentang
Kesederhanaan, Kesabaran, Rasa Syukur, Sebuah keterbatasan yang tak menghalangi
untuk Berbagi dan yang pasti Rasa cinta
Antar Sesama yang begitu tinggi. Kami meninggalkan kota Yogyakarta ya mbah
Sis,, sampai ketemu lagi dilain
waktu.doa kami, Semoga kelak, Kita bisa berjumpa kembali untuk saat- saat yang
lebih Indah, Terima Kasih untuk kebaikan dan
pesan – pesannya yang luar biasa bagi kami Anak Muda ini. Semoga kami
menjadi anak – anak muda yang pandai bersyukur dan tak lupa untuk selalu berbagi @_@..Menulis Tulisan ini, Aku pun jadi rindu
ingin bertemu mbah Sis lagi...
Bersama Orang Hebat Mbah Sis,sebelum meninhggalkan Yogya menuju Banyumas |
Pukul
17.00 WIB kami tiba di Banyumas, tepanya di Kecamatan Sokaraja Kidul, atau
lebih akrab Kampung Kelenteng Karena ruko-ruko disana banyak dimiliki orang
Cina. Sokaraja Kidul adalah Kecamatan sekaligus Desa di pengujung kabupaten
Banyumas. Tanpa ada kesengajaan juga kami turun disini karena memang kami hanya
minta sama kondektur bus diturunkan di Kabupaten Banyumas paling ujung. Kami
berpikir, kami salah memilih tempat karena sepanjang jalan kami melihat
pertokoan besar. Kami pun masuk disebuah gang yang sangat kecil dan gelap
diampit kanan kiri Toko yang besar,
hanya bisa dilalui satu motor
satu arah saja ,jadi sudah bisa dipastikan sekecil apa gang kami
masukin. Sekitar 150 meter dari Komplek pertokoan barulah kami tahu kondisi
dalamnya yang sebenarnya. Banyak perumahan masyarakat sudah seperti di komplek
perkampungan jakarta saja. Rumahnya ukuran mini dan masih banyak berdinding
kayu dan saling menempel satu sama lain Disana tanpa sengaja ada seorang remaja
yang sendirian sedang asyik nonton TV, tanpa ba bi bu lagi kami ijin masuk dan
mengutarakan maksud kedatangan kami mencari rumah pengurus RT ditempat itu. Tetapi ternyata pak RT tidak
ada dirumah karena jika siang beliau bekerja, Kami pun akhirnya ngobrol panjang
lebar dengan si pemilik rumah. Nama
pemuda itu ternyata syafiq. Dilihat sepintas mukanya seperti keturunan arab dan
badannya menjulang tinggi kurus sekitar 175 Cm. Karena kelelahan dan rasa lapar
yang menggelayuti kami, akhirnya kamipun
meminta ijin istirahat dengan syafiq yang ternyata sedang sendiri dirumah. Ku
lihat Arum dan Fadliana paling senang diantara kami berempat karena kami bisa
istirahat disitu.berkali-kali mereka
bilang Syafiq cakep. Biasalah perempuan kalo liat sesuatu agak bening matanya hijau
bilang ku ke mereka.heeeeeeee
Selang
30 menitan Ibunya Syafiq datang, Kami mulai memperkenalkan diri satu – persatu
kepada beliau. Nama beliau adalah Ibu Subingah. Ibu Subingah ternyata menyambut
kami dengan senang, bukan menyambut sih sebenarnya, bisa dikatakan kedatangan
tamu tak diudang lah istilahnya karena kami duluan datang dirumah pas ibuknya
belum datang. Sekitar 5 Menitan ngobrol – ngobrol Ibu Subingah langung
bertanya. “Kalian sudah pada makan belum”???dengan khas logat Ngapak-ngapaknya.
Kami kompak jawab” “Belum buk”,,sambil
cengengesan malu-malu kami menjawabnya. Spontan Ibu Subingah menurunkan banyak Kue-kue Kering dari meja etalase.Maklum,
Posisi kami saat itu selonjoran dilantai. Mungkin sudah ada feeling kali ya,diliat
raut muka –muka kami yang kelaparan dan memelas
ini sehingga Ibu Subingah langsung memberi kami kue dan minum tanpa kami
memohon-mohon terlebih dahulu bahkan
membelikan kami 4 Nasi bungkus di warung dekat rumah.
Bersama Ibuk Subingah,,Ibuk Baru Kami...Semoga Sehat Selalu ^_^ |
Syafiq
dan Ibu Subingah ternyata sangat ramah dengan kami berempat, kami bercerita
banyak hal layaknya sudah saling kenal sebelumnya. Padahal baru sekali tanpa
sengaja itu kami bertemu. Dari cerita-cerita ternyata kami baru tahu bahwa
keluarga Syafiq sebenarnya sedang berduka. Belum genap 30 hari yang lalu Ayah
Syafiq meninggal dunia karena sakit. Ibuk Subingah banyak bercerita sore itu
dan merasa senang didatangi kami berempat karena rumah jadi rame bilangnya.
Bahkan ketika ku bilang, mamahnya Syafiq mamah baru kami juga malah beliau keliahatan sangat senang sekali.
Obrolan pun berlanjut sampai pada akhirnya kami tanya-tanya seputaran kampung
ini, termasuk siapa-siapa pengurus RT disini.Oya, nama Kampung yang kami
datangi adalah kelurahan Sokaraja Kidul RT 01, RW 03. Berkat informasi Syafiq dan juga Ibuk Subingah juga, malam itu
kami dihubungkan dengan pengurus RT. Aris dan Arum bertanggung jawab mengumpulkan masyarakat
kurang mampu bersama pengurus RT, sedangkan Aku dengan Fadlian bertugas belanja
sembako dan Alat- alat sekolah untuk adek – adek disitu. Dengan Waktu yang sangat
mepet, Ba”da Isya diagendakan kami bertemu masyarakat. Karena itu aku dan
Fadliana sesegera mungkin belanja. Ternyata toko yang jualan sembako disitu
tidak ada. Yang ada adalah Supermarket, itupun ternyata lumayan jauh sekitar
500 Meter dari rumah Syafiq. Aku dan Fadliana menyusuri jalan yang lumayan sepi
dan sampailah disupermarket itu.barang belanjaan saat itu ternyata banyak
sekali dan berat seperti Beras, Gula, dll, padahal kami hanya berdua, tapi
dengan semangat yang luar biasa,disepanjang jalan aku salut dengan perjuangan
Fadliana, hampir 50 Kg kami bagi berdua
tenteng Sembako itu ditangan kanan dan
kiri masing-masing dengan tekad yang
kuat dan membuktikan kewonder womanannya Fadliana, Fadliana bisa membawa
barang-barang sampai rumah syafiq. Dalam hatiku, ini perempuan mantan atlet angkat
berat kali ya??? Heeeee :P
Malampun
tiba, akhirnya sembako dan kebutuhan lainnya pun kami bagi-bagi kan ke
masyarakat. Kepada lansia, Janda, Anak – anak usia sek kolah dan masyarakat miskin lainnya ditempat
tersebut. Selain membagikan sembako kami juga banyak sharing dan Sosialisasi
tentang kesehatan, pendidikan dan juga
memberikan motivasi-motivasi dengan masyarakat ditempat ini..Trenyuh aku
sebenarnya dengan masyarakat di daerah itu. Bantuan kami yang tak seberapa ini
ternyata bagi mereka sangat berharga. Berkali – kali mereka mengucap terima
kasih ke kami. Kata mereka sangat jarang ada orang yang mendatangi kampung
mereka untuk memberi bantuan. Pengurus RT bahkan meminta kami berlama-lama
untuk tinggal dikampung itu. Tapi apalah daya,waktu kami tak lama karena harus
memenuhi tanggung jawab kami di Jakarta.
sedih sebenarnya bertemu mereka yang hanya sebentar ini. ingin kami berlama-lama bersama mereka. Berbuat lebih
banyak untuk kampung mereka.Untuk menghibur mereka ketika kami pamitan , akupun
berucap “nanti ya Bapak dan Ibuk , doakan
kami jadi tetap sehat dan memiliki banyak Rejeki, Insya Allah kami datang ke kampung ini dan
kita bisa membantu lebih banyak lagi ku bilang”. Semuanya mengamini dan
melepas perpisahan ini dengan sangat mengharukan. Suatu saat, ketika Aku sudah
jadi orang yang benar-benar mapan aku punya janji untuk bisa memberi bantuan
lagi ke Kampung Ini. bagi Kami kampung ini kampung kedua kami yang telah
membuka mata hati kami. Bahwa masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan
kepedulian kita. Kepekaaan kita untuk Berbagi dan keikhlasan untuk memberi.
Sampai sekarang komunikasi ku dengan Keluarga Syafiq pun masih lancar. Lewat
dunia maya kami sering ngobrol. Terima Kasih Syafiq dan Ibuk Subingah sebagai
mamah dan keluarga baru kami. Aku
akan selalu ingat kebaikan keluarga ini
memperlakukan kami, aku akan selalu
ingat janji ku untuk membantu
kampung ini lebih banyak lagi suatu saat nanti bagaimanapun caranya. Terima
kasih masyarakat Sokaraja Kidul. Saatnya kami pamit dan menuju jakarta. Semoga
kalian semua sehat, Smoga Kalian semua bisa hidup lebih baik Lagi...Kami Sayang
Kalian, Kami akan merindukan Kampung ini...Dan Bus Pun Melaju dengan kencangnya
seolah –olah tak ingin kami terlalu lama bersedih disini karena berpisah dengan
mereka. Bus mengantarkan kami ke Jakarta tepatnya di PPPON Wisma Kemenpora RI dalam
Kegiatan lanjutan YA YLF GMB 2014.
Bersama Salah Satu Lansia, |
Kebahagiaan Mereka, Senyum Mereka adalah Berkah Bagi Kami |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar